“AAHHHH…!!!”, Anak perempuan itu melemparkan kotak makanannya ke lantai, di dalam kotak makanan itu penuh cacing tanah yang jumlahnya mungkin puluhan.
Anak perempuan itu menangis, “Kenapa kalian jahat sama gue?! Apa salah gue, kenapa kalian ngelakuin semua ini…”, ucap anak perempuan itu terbata-bata kepada anggota genk beauty, genk beauty adalah kelompok yang paling berkuasa di SLTP XXX tersebut, mereka selalu membully anak-anak yang terlihat lemah di SMP itu, namun tindakan mereka tidak pernah diketahui oleh guru karena anak yang lain takut untuk mengadukan mereka kepada para guru, itu semua karena ketua genk beauty adalah anak dari pemilik saham terbesar di sekolah mereka, jadi mereka hanya bisa menutup mulut mereka dan melihat bagaimana genk beauty memperlakukan korbannya dengan seenaknya.
Risa ketua genk beauty melemparkan buku pelajaran anak itu ke lantai, “Kenapa kita ngelakuin semua ini ke elo, karena lo itu pelit!, nyontek aja gak boleh, sok pintar banget sih lo!, eh gendut, lo itu sudah jelek, gendut, pelit lagi!, gak ada bagus-bagusnya, kalau sampai lo gak mau nyontekin kita lagi gue bakalan ngelakuin yang lebih dari ini, ngerti lo?!” ancam Risa dan genk beauty pun meninggalkan anak perempuan itu sendiri di dalam kelas, anak perempuan itu hanya tersenyum kecil seraya menyeringai tanpa kata, kemudian ia memutar sebuah lagu dari handphonenya, lagu yang berjudul simfoni hitam dari sherina yang menjadi favoritnya…
Di hatiku terukir nama mu
Namun selalu aku bertanya adakah aku di hati mu…’
Tiga tahun kemudian….
“Kamu mau mati!, pagi makan sayur, siang makan sayur, malam juga makan sayur, eh… kamu sudah kurus, memang kamu mau jadi miss universe??!!.” Bentak Laki-laki paruh baya pada anak perempuannya.
Anak perempuan itu menatap sinis Ayahnya, “Apa perduli Ayah, urusin saja nenek tua itu, biar Ayah bisa dapat harta warisannya kalau suaminya sudah meninggal, oke…”, jawab anak itu sambil terus memakan sayur selada di piring makannya.
Lelaki itu melemparkan piring yang berisi sayur selada tersebut ke lantai.
“Berani kamu berkata seperti itu, eh… kalau gue gak berbuat kayak gini, apa kamu masih bisa makan sayur-sayur ini…”, lelaki itu menunjuk sayur selada yang sudah berjatuhan di lantai, sementara anak perempuan itu tak bergeming sedikitpun, dia hanya diam mendengar semua ucapan Ayahnya.
Anak itu memungut kembali selada yang sudah berhamburan di lantai ke dalam piringnya.
“Setidaknya gue gak serendah Ibu lo!!, setelah dapat laki-laki yang lebih kaya, dia ninggalin gue dan elo, lo gak inget! Lo itu sudah dibuang, kalau gak gue yang ngerawat lo, lo bakalan jadi gembel…!!, dan jangan lupa makan obat lo yang dari dokter Hadi!!”, teriak lelaki paruh baya itu yang bergegas naik ke lantai dua kamarnya.
“Makan obat?? Memangnya gue gila??!!”.
Anak perempuan itu tertawa lebar, di matanya penuh kebencian kepada Ayahnya, dengan cepat ia memakan kembali selada yang ada di piringnya tanpa memperdulikan ucapan Ayahnya yang selalu sama ia ucapkan setiap pagi.
Anak perempuan itu mengeluarkan cermin dari dalam tas sekolahnya, kemudian ia menatap cermin dengan tatapan mata yang kosong, “Gue cantik!, gue memang cantik…”, ucapnya seraya tertawa.
******
‘GENDUT ANEH!! DUKUN PALSU….’
Itulah yang tertera di papan tulis kelas setiap paginya, Cella tahu dengan jelas siapa yang berani mengatakan semua itu, yah pastinya genk beauty, awalnya Cella marah dibilang seperti itu tapi lama kelamaan ia sudah bosan melayani ulah mereka, dari kelas satu SMA ia selalu menjadi target keusilan mereka, itu semua karena kemampuan Cella yang bisa melihat ruh orang yang sudah meninggal, yang sering disebut orang dengan sixth sense, awalnya ia mendapatkan kemampuan ini ketika ia berumur 6 tahun ketika itu Cella selamat dari sebuah tabrakan maut yang mengakibatkan Ibu dan nenek nya meninggal dunia sementara hanya dia dan Ayahnya yang selamat dari kecelakaan maut tersebut, mobil yang keluarganya tumpangi hancur karena jatuh ke jurang, semenjak kejadian itulah Cella bisa melihat arwah orang yang sudah meninggal.
Sewaktu tetangga sebelah rumah-nya meninggal karena penyakit jantung, arwahnya meminta Cella menyampaikan kepada istrinya kalau ia sangat mencintai istrinya dan ia ingin meminta maaf karena selama ini ia tidak pernah sekalipun mengucapkan kata-kata itu, awalnya istrinya tidak percaya dengan apa yang sudah Cella sampaikan namun ketika Cella beritahu bahwa dia tahu tanggal dia dan istrinya pertama kali jadian dan bertemu, istrinya langsung menangis histeris seraya memeluk Cella dengan erat.
Walaupun Cella sering melihat keberadaan arwah-arwah orang yang sudah meninggal dan meminta bantuan dari-nya tapi tetap saja Cella masih merasa takut, terkadang ia ingin mengabaikan keberadaan mereka, Cella hanyalah gadis yang masih berusia 17 tahun yang ingin hidup normal seperti kebanyakan anak gadis lainnya, yang ingin mempunyai teman dan seorang cowok yang ia sukai, tapi mau bagaimana lagi anak-anak di SMU sudah terlanjur mengecap-nya sebagai cewek gendut aneh yang membawa sial, mereka takut kalau dekat-dekat dengan-nya akan mengalami kesialan dan mati mendadak, ‘memangnya mereka pikir aku malaikat pencabut nyawa?! Huh…’ pikir Cella, tapi untunglah ia masih mempunyai satu teman yang sangat baik pada-nya yaitu Riri, dialah yang menjadi teman Cella sejak kelas 1 SMA dulu.
Cella menghapus tulisan di papan.
Bergegas Cella duduk di bangku-nya, ia duduk di bangku dengan wajah tak bersemangat.
Riri menatap Cella, “Kenapa la diusilin mereka lagi??”, Cella menjawab Riri dengan anggukan.
“Hemm… gue udah yakin, kenapa sih mereka selalu jahilin lo, kayak gak ada kerjaan aja…”.
Cella menghela nafas panjang.
‘CELLA TOLONG…, CELLA TOLONG…’
“Mau minta tolong apa Ri?”
Riri menatap Cella bingung, “Perasaan dari tadi gue diam aja deh, emang gue ngomong mau minta tolong…??”.
“Tadi barusan lo ngomong gitu…”, ucap Cella tambah bingung.
“Cella…, gue dari tadi diam aja kok, gak ngomong apa-apa!”, balas Riri sedikit kesal, kontan saja bulu kuduk Cella merinding, jangan-jangan yang memanggil meminta tolong tadi adalah arwah…, pikir-nya dalam hati.
Tiba-tiba saja terdengar jeritan anak-anak perempuan dari dalam toilet yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang kelas Cella di lantai 2, “AAHHHH….!!!”
Dengan cepat Cella dan Riri serta anak-anak lain menuju toilet, Cella dan anak-anak lain terkejut setelah melihat tubuh Riska yang sudah terbujur kaku menggantung di pintu masuk toilet, di cermin toilet tertulis ‘SIMFONI HITAM’, ada apa sebenarnya, kenapa Riska bunuh diri? Padahal Riska adalah anak yang ramah, dia juga tidak mempunyai musuh seperti saudara kembarnya Risa yang selalu menjahili anak yang lemah, bagaimana mungkin ia ingin mengakhiri hidupnya sendiri yang sudah sempurna.., batin Cella.
‘CELLA….’, suara itu menggemah lagi di telinga Cella, dengan cepat ia melihat keberadaan di sekitar-nya, namun sepertinya hanya Cella yang mendengar suara itu, seketika itu Cella tertegun melihat arwah Riska yang sedang meratapi tubuhnya yang sudah terbujur kaku, arwahnya tampak sedih dan ia seolah-olah ingin mengatakan kepada Cella tentang sesuatu namun ia tidak mengerti apa maksudnya, tidak seperti arwah-arwah sebelumnya yang meminta tolong pada-nya dengan jelas, entah kenapa Cella tidak bisa mendengar suara arwah Riska dengan jelas, apa kemampuanku mulai berkurang, pikir Cella.
Setelah kejadian bunuh diri Riska, sekolah diliburkan selama satu minggu, polisi ingin menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi apakah Riska memang bunuh diri atau ada yang sengaja membuatnya seperti bunuh diri dengan kata lain membunuhnya, tapi Cella seratus persen yakin kalau Riska bukan bunuh diri, pasti ada seseorang yang dengan sengaja membunuhnya, kalau memang ia tidak dibunuh mengapa arwah Riska tampak sedih melihat jasadnya sendiri.
******
Satu minggu kemudian di ruang kelas…
Cella tertegun mendengar percakapan yang terjadi antara genk beauty dan Dennis, ketua klub baseball dan juga merupakan pacar Felly, salah satu anggota genk beauty.
“Gue takut Ris, jangan-jangan Riska dibunuh oleh salah satu anak yang kita jahilin…”, seru Rini, salah satu anggota genk beauty.
“Udah deh, gak usah parno gitu, polisi aja belum bisa mastiin, Riska dibunuh atau emang bunuh diri…”, balas Felly anggota genk beauty lainnya.
Dennis memegang tangan Felly dengan lembut, “Bener sayang, kita harus tenang…”.
BRAKK…!!
Mita menggebrak meja dengan keras, “Ini semua karena elo-elo, gue udah bilang kan berhenti jahilin anak-anak itu, tapi tetap aja kalian ngelakuin itu!”, tegas Mita.
Risa menatap Mita sinis, “Eh.., lo tuh pengecut banget sih, bukannya lo yang pertama kali nganjurin kita ngelakuin ini, lo inget gak waktu kelas satu SMP dulu, elo kan yang paling keras bersuara kita harus jahilin anak-anak yang gak kita suka, dengan alasan untuk senang-senang!, dan kalau ada yang ngomong berhenti seharusnya itu gue, karena yang mati itu adik kembar gue, bukan elo!!”, teriak Riska penuh kemarahan yang tersirat di wajahnya.
Dennis memegang pundak Risa dengan lembut untuk menenangkannya, “Sabar Ris, pokoknya kita harus sama-sama hadapin masalah ini…”.
Cella memberanikan diri untuk masuk ke dalam kelas, namun tiba-tiba Riska menghadang langkah-nya. “Senangkan lo, saudara gue mati, tapi sayangnya bukan gue yang mati dan gue gak akan mungkin mati…”, ucap Risa kepada ku.
Cella gemetaran, “Lo ngomong apaan sih Ris, gue gak ngerti.”, jawab Cella singkat.
Risa merebut roti keju yang Cella bawa, “Wajah lo itu buat gue eneg tahu gak!”
Tiba-tiba saja Jenda datang dan membantu Cella, “Udah deh gak usah lebay gitu Ris!”, ucap Jenda pada Risa yang langsung menarik tangan Cella menjauhi Risa and the genk, Jenda adalah teman sekelas Cella yang juga anggota klub basket di SMA-nya, sebenarnya Cella menyukai Jenda sejak kelas satu SMA dulu tapi Cella sadar ia bukanlah tipenya, yang pasti Jenda tidak akan mau dengan cewek gendut seperti-nya.
“Udah deh Ris, berhenti! Bosen gue liat tingkah lo!” ucap Mita yang langsung keluar dari dalam kelas.
Risa menatap kepergian Mita dengan wajah bingung, “Kenapa sih tuh anak, mau tobat dia…”, ejek Risa, sementara Cella hanya terdiam di bangku-nya.
*****
Sore hari di tempat latihan balet.
“Gue duluan ya Mit, lo gak papa kan gue tinggal sendiri?”, tanya Hani teman balet Mita.
“It’s okay, lo duluan aja…”, jawab Mita seraya memasukkan baju gantinya ke dalam tas.
Nada dering dari handphone Mita berbunyi, tertera dilayar ‘no number’, dengan cepat Mita mengangkat panggilan tersebut. “HALO??”, terdengar sayup-sayup lagu simfoni hitam dari handphone Mita.
T’lah kunyanyikan alunan-alunan senduku…
T’lah kubisikkan cerita-cerita gelapku…
T’lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku,
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu…
Wajah Mita nampak kesal, “Halo!!, Haloo…, eh jangan main-main yah!!”, Mita langsung mematikan panggilan masuk dari handphonenya.
Tiba-tiba seseorang perempuan muncul dari balik pintu, “Hai mit!!”
Mita tertegun, “Elo?? Ngapain lo ke sini, gue lagi gak mau ngomong sama kalian jadi mending lo pergi!”, seru Mita.
Tiba-tiba perempuan tersebut mengeluarkan sebuah gunting dari dalam tas-nya dan mengarahkan mata gunting itu ke arah Mita.
Wajah Mita mendadak pucat pasi, “Lo apa-apaan sih, lo mau buat gue takut, jangan main-main, gue mau pulang!”.
Namun Mita yang baru saja mau melangkahkan kakinya keluar dari pintu di hadang oleh perempuan tersebut, dengan senyum dan tawa menyeringai ia menusukkan gunting itu ke perut Mita.
Mita terbaring lemas di lantai, dengan sekuat tenaga ia ingin keluar dan meminta tolong, “TOLONG…!!!, TOLONG…!!!, kenapa??, kenapa lo mau membunuh gue?, KENAPA??”, tanya Mita yang sudah mengeluarkan banyak darah.
perempuan itu tersenyum kecil, “Lo gak ingat Mit, padahal gue saja ingat dengan baik kejadian waktu kita kelas 1 SMP dulu, gue ingat di saat lo mengunci gue di kamar mandi sampai keesokan harinya, gue juga masih inget waktu lo maksa gue makan mie yang sudah jatuh ke lantai, masa’ sih lo gak inget…”.
Wajah Mita terkejut bukan main, “Elo ANNA??, gak…, gak mungkin!”.
“Kenapa??, lo kaget gue udah berubah, gue udah cantik kan!!”
Perempuan itu tertawa dengan girangnya dan menusukkan gunting itu berkali-kali ke arah perut Mita yang akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, ada raut kepuasan di wajahnya ketika melihat tubuh Mita yang sudah terbujur kaku di lantai.
*****
Keesokkan harinya di ruang kelas.
“Katanya Mita tewas mengenaskan, ia ditusuk benda tajam sampai berkali-kali, itulah akibatnya kalau jahat sama orang lain, sepertinya…”, dengan cepat Cella menutup mulut Riri, ia tidak mau kalau sampai Risa mendengar omongan Riri barusan.
Cella melihat genk beauty tampak berdebat di bangku mereka, tampaknya mereka mulai takut karena satu persatu orang yang dekat dengan mereka mati, Cella melihat arwah Riska seperti ingin marah menatap ke arah genk beauty, namun lagi-lagi Cella tidak mengerti apa maksudnya dan berusaha untuk mengacuhkan arwah Riska.
Malam ini lagi-lagi arwah Riska mendatangi Cella, rasanya Cella mulai gerah dengan semua ini, ia tidak ingin lagi terlibat dengan arwah orang yang sudah meninggal, kenapa sih arwah Riska selalu mendatangi-nya padahal ia tidak bisa membantunya.
Cella membenamkan tubuh-nya dalam selimut, “Gue gak bisa nolong lo, gue gak bisa! Gue gak ngerti apa yang mau lo sampaikan…”
Cella melihat arwah Riska tampak sedih setelah mendengar ucapannya dan dengan hitungan detik ia menghilang…
*****
Keesokkan harinya siang hari setelah pulang sekolah, di saat semua anak lain sudah pulang, Cella masih harus meminjam buku di perpustakaan untuk tugas biologi minggu depan..
GUBRAKK…!
Buku-buku Cella yang dipinjam dari perpustakaan berhamburan di koridor sekolah, rupanya tadi Cella tidak sengaja menabrak Risa sampai terjatuh, gawat! Pasti dia akan menjahili ku lagi…, pikir Cella.
“Ma, maaf! Gue gak sengaja…”, ucap Cella gelagapan.
Risa berdiri kembali dan melangkahkan kaki menjauhi Cella, ‘tumben sekali Risa tidak membentakku, biasanya ia langsung memarahi ku, sepertinya ia sudah berubah..’, batin Cella.
Cella memungut satu persatu buku yang berhamburan di lantai, tapi tiba-tiba saja Felly membantu-nya memunguti buku-buku itu, “Makasih…”, ucap Cella pelan.
Felly tersenyum, “Ya sama-sama…”
“Tunggu…, ini handphone siapa??”, ucap Cella yang melihat ada handphone di lantai.
“Oh, ini punya dia! Sini gue saja yang pegang…”, ucap Rini yang langsung mengambil HP itu dari tangan Cella.
Di dalam toilet perempuan…
Arwah Riska muncul kembali di hadapan Cella, “Maaf Ris, bukan maksud gue gak mau bantu lo tapi gue gak tahu caranya gimana?”.
“Apa kamu memang bunuh diri Ris??”, Arwah Riska menggelengkan kepalanya.
“Maksud kamu, kamu di bunuh seseorang??”, Arwah Riska mengangguk pelan.
Wajah Cella menjadi pucat pasi ternyata firasat-nya benar bahwa Riska tidak bunuh diri melainkan dibunuh oleh seseorang, tapi siapa…???
“Siapa Ris, siapa yang membunuh kamu??”, tanya Cella penasaran.
Arwah Riska menunjuk coretan yang ada di dinding kamar mandi yang bertuliskan ‘GENK BEAUTY’
“Maksudnya semua ini ada hubungannya dengan genk beauty??”, arwah Riska mengangguk menjawab pertanyaan Cella.
“Apa kamu dibunuh oleh orang yang kamu kenal di genk beauty??”, arwah Riska kembali mengangguk, tubuh Cella menjadi lemas rasanya mau pingsan, jadi yang membunuh Riska adalah salah satu anggota genk beauty, tapi siapa?, tidak mungkin Mita karena Mita telah tewas, berarti yang masih bisa menjadi pelakunya tinggal tiga orang, Rini, Felly atau Risa, saudara kembar Riska sendiri..
Di ruang ganti klub baseball…
“Ada apa??”, tanya Dennis pada perempuan yang terduduk lesu di bangku ruang ganti.
Perempuan itu menangis.
Dennis menghampirinya dan memeluknya dengan erat, “Lo kenapa?, cerita sama gue??”
Perempuan itu membisikkan satu kalimat ke telinga Dennis, “Kamu harus mati pengkhianat!!”
Perempuan itu menusukkan gunting ke perut Dennis, “ja…, jadi lo!! Jadi yang bunuh Riska dan Mita, kenapa??”, ucap Dennis lemas dan sekian detik kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di pelukkan perempuan itu.
Perempuan itu menendang tubuh Dennis ke lantai, “Pengkhianat kayak lo harus mati!!”, perempuan itu tertawa lebar dengan penuh raut kebencian di wajahnya…
Sementara itu di perpustakaan, Cella mencari majalah sekolah, Cella mencari majalah yang memuat foto genk beauty di dalamnya, lembaran demi lembaran dibuka Cella.
“Siapa?, siapa diantara mereka yang membunuh kamu Ris??”, tanya Cella gemetaran seraya menunjukkan salah satu halaman majalah yang memuat wajah genk beauty.
Riska menunjuk salah satu wajah anggota genk beauty, wajah Cella terkejut bukan main setelah Riska menunjuk wajah tersebut sebagai pembunuhnya, tidak mungkin, tidak mungkin dia yang membunuh Riska dan Mita, arwah Riska seperti ketakutan sambil menunjuk ke lantai tiga, sepertinya arwah Riska tahu akan ada yang dibunuh kembali siang hari ini.
Bergegas cella menuju lantai tiga, ia bingung sangat bingung, tidak tahu apa yang harus dia lakukan, yang jelas ia ingin mengetahui kenapa orang itu membunuh semua teman-temannya sendiri…
Sementara itu di lantai tiga, ruang kelas IPS 5.
“Lihat Ris, ternyata selama ini yang membunuh Mita dan Riska saudara kembar lo, dia! Ini kamu lihat…”.
Di dalam handphone itu terekam semua kejadian pembunuhan Riska dan Mita, ternyata Riska lehernya di cekik sampai mati, dan tubuhnya di gantung dengan seutas tali oleh perempuan tersebut di depan pintu masuk toilet dan Mita dibunuh dengan sadis dengan gunting yang ditusukkan perempuan tersebut berkali-kali.
Riska tertegun, “Tidak! Tidak mungkin! Bagaimana mungkin dia yang membunuh Mita dan Riska, dia teman kita, dia anggota genk beauty! Tidak mungkin!!”.
Tiba-tiba perempuan itu muncul di hadapan Riska dan Rini, ia mengambil Handphone yang tadi dipegang oleh Rini..
“halo teman-teman, kenapa? Kok tegang gitu sih, ada apa??”
Rini tampak ketakutan, “Kenapa Fel, kenapa lo ngelakuin semua ini, padahal kita ini teman kan kita BFF, kenapa Fel??”
Felly tersenyum sinis, “Kenapa? Kenapa? Kenapa??, kenapa selalu saja semua orang menanyakan pertanyaan ini ke gue, kenapa gue harus dilahirkan, kenapa gue terlahir dari orang tua yang gak perduli sama gue, dan kenapa gue yang harus dibully oleh kalian??”, Felly memutar lagu simfoni hitam dari dalam handphonenya.
Tak bisakah kau sedikit saja dengar aku
Dengar simfoniku
Simfoni hanya untukmu….
T’lah kuabaikan mimpi-mimpi dan ambisiku
Tapi mengapa ku takkan bisa sentuh hatimu
“Maksud lo apa sih Fel, kita gak ngerti??”, tanya Riska ketakutan.
Felly menghela nafas, “Kalian tahu gak kenapa gue suka banget lagu ini, karena lagu ini mirip banget dengan cerita hidup gue, gak ada satupun orang yang mau mendengarkan maupun perduli sama gue, bahkan si brengsek Dennis pun menipu gue, sok sayang sama gue, padahal dia itu pengkhianat tapi sekarang gue puas karena Dennis udah nyusul Mita di surga, mungkin…”, Felly terdiam sejenak dan meneruskan kalimatnya kembali, “Masa’ sih gak ada satupun dari kalian genk beauty yang ingat sama gue, padahal waktu SMP dulu, gue ini korban kalian yang paling kalian sukai, gue ini ANNA! ANDRIANA FELICIA…, kalian sudah ingat??”, seru Felly.
Cella terkejut bukan main, pikirannya kosong, bagaimana bisa Felly yang selama ini yang paling baik diantara genk beauty lainnya ternyata pembunuh berdarah dingin.
“Gak, gue gak mau mati, bukan gue Fel, gue hanya ikut-ikutan saja, Risa dan Mita yang jahatin lo bukan gue, jangan bunuh gue Fel…”, seru Rini, dengan cepat Rini ingin berlari keluar dari ruang kelas itu namun dengan cepat Felly menarik rambut Rini yang panjang terurai dan dengan membabi buta menusukkan gunting tersebut ke dada Rini.
“RINI…!!!, cukup Fel, cukup!!, gue minta maaf kalau perbuatan gue dan teman-teman gue buat lo jadi kayak gini, gue minta maaf, maafin gue Fel…”, Air mata Risa mengalir dengan derasnya melihat darah yang mengalir dari tubuh Rini yang sudah terbujur kaku.
Felly menyeringai, “Lo tahu gak, apa yang gue lakukan setelah kalian menyiksa gue, gue berjanji akan mengubah penampilan gue secantik mungkin, gue berusaha diet mati-matian menurunkan berat badan gue yang tadinya 70 kilogram menjadi 45 kilo seperti sekarang, gue rela gak makan nasi selama beberapa tahun ini hanya untuk bisa masuk ke genk kalian, dan lo inget gak tanggal 2 desember ini adalah tanggal dimana kalian menyiksa gue dengan memasukkan cacing tanah ke dalam bekal makanan terakhir yang Ibu gue buat! Dan setelah itu Ibu gue membuang gue dan menikah dengan laki-laki yang lebih kaya dari Ayah gue, dan ia sama sekali gak perduli lagi tentang gue…”
Felly menari-nari mendengar alunan lagu simfoni hitam dari handphonenya.
Risa berlari berusaha untuk kabur dari Felly, namun dnegan cepat Felly memeluknya dan menahannya, Risa memukul wajah Felly dengan keras dan terjatuh namun dengan cepat Felly menusukkan gunting yang dipegangnya ke paha Risa.
Dengan cepat Cella masuk ke dalam ruang kelas tersebut, “Felly??!!”, Cella melihat Felly menyeringai seraya tertawa, di rautnya tampak senyum menakutkan yang ditujukan kepada-nya. “Jadi kau yang selama ini melakukan…,”lanjut Cella yang langsung dipotong Felly.
“Ya, memang gue, kenapa? Kaget! Atau lo sudah menduganya dari awal…” ucapnya santai.
Felly menghunuskan gunting ke arah Risa.
“JANGAN FELL!!, gue mohon jangan bunuh dia!!”, teriak Cella kencang, ia tidak sanggup lagi melihat teman-temannya satu persatu tewas di bunuh Felly.
Felly meletakkan kembali gunting itu di atas meja, sementara Risa hanya bisa terbaring lemah karena luka tusukan gunting di paha kanannya.
Cella menggelengkan kepalanya, rasanya Cella tidak percaya kalau yang membunuh Riska, Rini, Dennis dan Mita adalah Felly, bagaimana mungkin padahal dia sangat akrab dengan mereka dan Cella sama sekali tidak menaruh kecurigaan pada-nya.
Air mata Cella keluar dengan derasnya, “Kenapa??, kenapa lo membunuh mereka semua?!”, tanya Cella dengan gelagapan, baru kali ini Cella melihat tatapan kosong mata Felly, tatapan mata seorang pembunuh.
“Kenapa?? lo bilang kenapa??, lo gak tahu mereka selama ini sudah memanfaatkan gue, setiap hari mereka meminta gue untuk membuatkan tugas mereka, membelikan mereka makanan, pakaian, dan lo tahu..,semenjak kelas satu SMP dulu mereka selalu membully gue, mengejek gue kalau gue ini gendut freak!, memasukkan sekantong cacing ke dalam kotak makanan gue!, Semenjak itu gue bertekad akan masuk menjadi anggota Genk Beauty, gue rela diet mati-matian untuk menurunkan berat badan, membuat gue sama seperti genk beauty, langsing dan cantik, karena gue ingin membalas semua perlakuan mereka dulu, bagaimana sakit hati gue selama ini!!”
“Tapi kenapa lo membunuh Dennis? Padahal dia pacar lo sendiri??, dan Riska, bagaimana lo gak menyesal telah membunuh orang yang salah, yang sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang masalah lo…” cecar Cella.
“Dennis! Cowok itu memang pantas mati!!, selama ini dia tidak pernah suka sama gue, dia mau menjadi pacar gue karena Dia yang menyuruhnya, Dennis itu sebenarnya cinta mati pada Risa, dan Risa lo pikir gue gak tahu tentang hal ini, hahaha…”, Felly tertawa lebar seraya menjambak rambut Risa. “Yah, membunuh Riska mungkin gue menyesal tapi sedikit…, anggap saja dia ada di tempat yang salah… “,ucapnya santai dengan senyum menakutkan.
Felly mengambil gunting yang penuh darah Risa dari atas meja, “Dan sekarang giliran lo dan Risa, lo harus bergabung dengan mereka di akhirat, lo sudah tahu terlalu jauh Cella, seharusnya lo berhenti menyelidiki kematian mereka dari awal, padahal gue suka sama lo, dan gue pikir kita bisa berteman karena elo berbeda dari mereka, tapi ternyata elo itu orang yang suka ikut campur urusan orang lain…”, Felly menendang tubuh Risa yang sudah lemas, arwah Riska tampak sedih melihat kembarannya terbaring lemas di lantai.
“LARI CELL…!!”, teriak Risa yang memegang erat kaki Felly. Felly menendang keras tubuh Risa yang menahannya.
Cella berlari sekencang mungkin, keluar dari ruang kelas itu, Cella berusaha bersembunyi, pikiran Cella kosong, ia tidak bisa berpikir lagi tidak tahu harus bersembunyi dimana, arwah riska menunjuk ke arah lab biologi, dengan nafas terengah-engah Cella menuju lab biologi, dan bersembunyi di bawah meja lab.
Felly menutup pintu lab biologi, “Cella…, ayolah cella, gue gak akan bunuh lo, gue ingin kita berteman, gue kesepian cell…, kenapa sih lo harus bersembunyi…”.
“Lo harus ke psikiater Fel, dengan begitu beban hidup lo akan berkurang, gue mau bantu lo Fel, ini belum terlambat!!”, ucap Cella yang masih bersembunyi di bawah salah satu meja lab.
Felly nampak marah, “Lo pikir gue gila??, gue gak gila! Ternyata lo sama dengan Ayah gue, gue gak giiilllllaaa…!!!, murka Felly.
Satu persatu Felly memeriksa ke bawah meja-meja yang ada di lab biologi, akhirnya Felly berhasil menangkap Cella, dan menarik rambut Cella dengan keras, dan dengan raut penuh kebencian di wajahnya ia menghunuskan gunting itu ke arah perut Cella, namun dengan cepat dari arah belakang seseorang memukul kepala Felly dengan vas bunga yang ada di laboratorium biologi, tubuh Felly terjatuh dan tak sadarkan diri, ternyata orang tersebut Jenda yang ternyata sedari tadi mengikuti Cella dari belakang.
Akhirnya setelah kejadian itu, Felly dimasukkan Ayahnya ke rumah sakit jiwa, ternyata selama ini Felly menderita penyakit kejiwaan psikopat dan depresi akan masa lalu yang dihadapinya, tekanan dari dalam keluarga dan lingkungan membuat penyakit kejiwaannya bertambah parah, dan Riska satu-satunya anggota genk beauty yang selamat dari pembunuhan sadis itu akhirnya tidak pernah lagi membully anak-anak yang tidak disukainya, ia menjadi pribadi yang lebih ramah dengan anak-anak lain.
Jenda menatap wajah Cella, “Kenapa?? bukannya semuanya sudah selesai, dan berkat lo nyawa Risa bisa terselamatkan.”
Cella tersenyum kecil, “Ya memang semuanya sudah terungkap tapi tetap saja ada yang berbeda, seharusnya peristiwa ini gak harus terjadi kalau gue bisa membaca dari awal maksud yang ingin disampaikan oleh arwah Riska, sekarang gue ngerti kenapa Tuhan memberikan kemampuan khusus ini ke gue, itu tandanya gue harus membantu menyelesaikan hal-hal yang belum sempat arwah-arwah itu ungkapkan…”, jelas Cella,
Risa menghampiri Cella, “Makasih Cell, berkat lo gue masih bisa hidup, gue mau minta maaf Cell atas perlakuan gue selama ini ke elo, pasti Riska malu banget melihat kelakuan saudaranya selama ini…”.
Cella merangkul pundak Risa, “Tenang aja, udah gue maafin kok, dan satu lagi Riska pasti bangga, karena saudaranya sudah mau berubah jadi pribadi yang lebih baik…”, ucap Cella, Cella melihat arwah Riska yang tersenyum bahagia melihat ke arahnya dan Risa, sekian detik kemudian arwah Riska menghilang dan setelah itu Cella pun tak pernah lagi melihat arwah Riska, mungkin arwahnya sudah tenang di alam sana berada di tempat yang layak di sisi Tuhan.
Malam hari di salah satu kamar di rumah sakit jiwa…
Felly tertegun sendiri di dalam kamar tempat ia di rawat, “Di hatiku terukir namamu
cinta rindu beradu satu, namun s’lalu aku bertanya adakah aku di hatimu…”
Finish..